Blogroll

My Instagram

Minggu, 10 Januari 2016

Unknown

Ketupat 31


      Tungku hitam pekat yang jelek itu kembali mengepulkan gumpalan asap. Warnanya putih kehitam-hitaman. Jika kayu mahoni yang menjadi bahan bakarnya, mungkin warnanya putih dan tak bikin batuk. Seorang pria dengan perawakan tubuh yang kurus berumur sekitar empat puluh tahunan masih semangat meniupkan udara pada corong buluk dengan panjang 30 cm yang ujungnya tampak bergerigi ke kobaran api.

“Din! Plastik berasnya udah di tusuk-tusuk belum?”, teriak Ibu Rohmah si pemilik warung lontong sayur yang telah memiliki sepuluh cabang. Sepuluh? Ya. Bagaimana tidak, lontong sayur Ibu Rohmah menjadi idaman lidah-lidah lapar masyarakat Yogyakarta baik di kalangan biasa sampai pejabat pemerintahan. Sehingga jika dihitung omset yang didapat, mampu membiayai kehidupan sampai tujuh turunan. Hebat.

“Belum, saya masih niupin api nih bu, wong mbak El minta disediakan tungku”, jawab Udin dengan logat jawanya yang kental.

“Anak itu enggak bosan-bosan bikin ketupat tiap tahun, mending banyak, lah ini cuma lima biji, ckck. Dasar Eliza”, keluh Ibu Rohmah.
El terusik dengan kata-kata yang menyebut namanya dengan segera menoleh ke sumber suara. Alis kanannya menyerngit dan bibir bawahnya lebih maju ke depan. Bodo amat, gumamnya. Hampir seluruh anggota keluarga kewalahan menghadapi tingkah aneh El setiap akhir tahun. Setiap sehari sebelum tanggal 31 Desember,  El selalu mendapatkan pesanan ketupat, bukanlah lontong. Pelanggan aneh.
Namanya Adam. Ya, Adam Hariyanto Harahap seorang penggila ketupat Warung Lontong Bu Rohmah, lebih tepatnya penggila ketupat buatan Eliza. Sejak tahun 2005, ia rajin berkunjung setiap malam di tanggal 31 Desember untuk mengambil ketupat yang sehari sebelumnya telah di pesan. Dan El adalah perempuan yang telah jatuh cinta padanya. Tubuh Adam yang tinggi, dada bidang tegak, wajah tampan dengan mata sedikit sipit mirip Siwon salah satu personil BoyBand Korea Super Junior, serta penampilan yang rapi dan sopan membuat mata El tak puas dengan sekali memandang. It’s a love at first sight!
Namun, tiga tahun terakhir Adam menghilang dan tak pernah kembali lagi untuk memesan ketupat. Dan El tetap membuatnya meski tak jelas mulut mana yang nanti akan melahapnya. Keyakinan akan cintanya telah membuatnya bertahan untuk menunggu.
“Umur kamu sudah 26 tahun El. Kamu enggak kasihan sama mama yang kangen nimang cucu”, ucap Ibu Rohmah sambil menghampiri El. “Mau sampai kapan kamu menunggu laki-laki sipit itu? Masa nge-jomblo mulu”.
“Nge-jomblo demi cinta mah”, timpal El. Aku juga letih menunggu, tapi anugerah cinta dari Allah ini yang membuatku bertahan. Bisik hati. Pelan.
“Seminggu yang lalu, kau menolak berpacaran dengan Hafidz. Padahal dia pewaris pondok pesantren modern terbesar di kota ini nak, jika nanti menikah dengannya hidupmu akan terjamin dan bisnis kita pasti meningkat”, ucap  Ibu Rohmah.
El tersenyum tanpa kata. Maklum, pembahasan tentang pria yang tertolak telah berkali-kali disampaikan mamanya. Bosan rasanya. Buat apa sih tergantung dengan hubungan yang disebut dengan pacaran itu?, benak El. Merasa menyerah, Ibu Rohmah membelai kepala El dan berlalu tanpa berkata.
El dengan paras yang cantik membuat pria mana saja yang melihat akan terpikat. Terlebih, El memiliki bibit bebet bobot yang jelas. Namun apa daya cinta tak sampai, wanita lulusan UIN Jogyakarta ini telah memautkan hatinya pada Adam. Dan sayangnya, El tak tahu Adam mencintainya atau tidak.
***
Pagi di tanggal 31 Desember 2014 telah tiba. El siap menunggu Adam untuk kesekian kalinya. Ia kenakan dress pink panjang berbahan sifon berbalut bolero putih kecil sebatas dada dengan renda cantik bagian bawahnya, jilbab putih susu  menghiasi wajah tirusnya. Bagai burung gereja, El bertengger di pintu jendela warung menatap arah jalan, sesekali kepalanya celingak celinguk melihat setiap orang yang lewat bahkan menerka wajah siapa di dalam mobil, berharap itu Adam. Namun nihil, hingga malam tiba sosok Adam tak kunjung datang. Raut kekecewaan menyelimuti wajah El.
Aku masih menunggumu Adam. Pertemuan kita bukanlah kebetulan, semua telah Allah gariskan. Cinta ini meyakinkan kalbuku untuk menunggumu, menunggu menjadi halalmu.
“Mbak, ini ada titipan paket dari orang”, ucap salah satu karyawan yang mengagetkan lamunan El. El segera membuka dan betapa terkejutnya ia saat melihat paket yang berisi lima buah ketupat namun tak berisi, hanya ketupat dari daun muda pohon kelapa. Oh, tertera tulisan di secarik kertas “Ini ketupat  terakhir yang ku pesan”. Belum sempat El menerka siapa pengirimnya, tiba-tiba
“El I love you, will you marry me?”. Suara tak asing itu. Adam! El menoleh dan matanya mendapati sosok pria di hadapannya. Ya Allah, cubit aku jika ini bukan mimpi, gumamnya. El terdiam menatap lekat kedua mata Adam berharap itu nyata. Dan sosok itu benar-benar Adam Hariyanto, sang pujaan hati Elizafania Zahrah.
“Yes I do, cause I love you too Adam”, jawab El yang tak sadar telah meneteskan air mata.
Adam memberikan cincin emas perak dengan intan di bagian tengahnya, indah sekali. El yang masih terkejut tak habis-habis mengucapkan kalimat syukur atas kebahagiaan yang telah Allah beri padanya. Thanks for your love Allah. Ternyata, Adam  menghilang karena menyelesaikan studi strata duanya di MacGill University of Canada. El is his love at first sight too.  El sempat bertanya bagaimana bisa Adam mencintainya?
Cause you have made a terrific ketupat for me”, jawab Adam.
Aneh bukan? Ya, memang. Tapi di balik itu, cinta tulus Adam telah menghantarkan El pada mahligai yang diridhai Allah. Ketupat tanggal 31 salah satu jembatan halal dua insan ini. Dasar, ketupat 31.
*Cerpen ku yang berhasil lolos dalam event menulis Asrifa Publishing dan dibukukan dengan karya-karya lainnya dalam buku Antologi Cerpen 3 Prinsip Mengapa Aku Memilih Jomblo_15 of Jan 2015



Unknown

About Unknown -

Ummi Hasanah yang kerap disapa Ala. Mahasiswi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kini sibuk skripsi, mengajar dan mencari ilmu di Pusat Studi Pesantren Jakarta. Asli Lampung, darah Sunda Jawa.

Subscribe to this Blog via Email :