![]() |
| Jusuf Kalla dan Istri, Ibu Mufidah Kalla |
Asal kamu tahu, ini bukan cerita tentang sang bapak wakil
presiden Jusuf Kalla yang sedang beristeri dua atau poligami. Lebih dari itu.
Ini tentang ibundanya. Ya, Athirah. Dan tentang sejarah kehidupan orang nomor dua di Indonesia saat
ini yang tidak jauh dari payung poligami.
***
Behind the story kenapa saya ingin bercerita poligami lewat
tulisan ini bermula ketika saya naik CommuterLine (kereta api listrik) menuju
Tanah Abang. Saya berdiri dengan bertumpu pegangan besi kereta sambil menengok
layar handphone dan membaca status facebook salah satu penulis ternama Indonesia (Fahd Pahdepie) tentang poligami. Then, my
idea came up.
Selain itu, gaungan poligami akhir-akhir ini makin mencuat
setelah salah satu isteri (sebentar lagi jadi mantan istri ) dari penyanyi
religi terkenal Indonesia menyampaikan curahan hati lewat media sosial tentang
status dimadunya.
***
Judulnya Athirah. Novel karya Albertheiene Endah. Salah satu
novel yang menggugah hati saya.
Tiga tahun lalu saya membaca novel ini, sehingga yang saya paparkan
adalah sedikit cerita yang masih bisa saya ingat.
Adalah Athirah, ibunda tercinta Jusuf Kalla. Athirah dimadu,
dipoligami,diduakan, dibagi cintanya. Athirah bukan satu-satunya perempuan yang
dicintai suaminya, tapi ada perempuan lain. Ia pun menerima suaminya kawin lagi.
Lantas keadaan baik-baik saja??
Athirah hanyalah Athirah. Dalam status dimadu, Ia masih
memasakkan makanan untuk anak-anak,memberikan senyuman manis, merapikan isi
rumah, membuat asap mengepul di dapur, seperti keadaan yang wajar-wajar saja.
Tapi tiap malam ia menangis, bahkan menahan tangis agar
isakannya tak terdengar oleh anak-anak. Ia meratapi nasib. Ia lelah terus
bertopeng tegar di depan semua orang. Kenapa harus Athirah yang mengalami ini. Athirah
kadang bercerita dengan Jusuf, karena di usianya yang belasan tahun Jusuf sudah
mengerti.
Bagi Jusuf Kalla sendiri, ia sering mendengar tentang poligami.
Tapi tak pernah ia bayangkan bahwa poligami masuk dalam kehidupan keluarganya. Sejak
ayahnya berpoligami, ada ruh yang hilang dari rumah. Emak sering melamun dekat
jendela dan suara hentakan kaki ayah kian memudar.
Ia yakin, poligami menjadi penyebab kesedihan yang berkecamuk
dalam diri emaknya, Athirah. Poligami yang membuat senyum emak meredup. Athirah
merasa kalah. Tapi Jusuf hanya menjawab “Emak mengalah, bukan kalah”. Kehidupan
pilu itu pun terus berlanjut.
Jusuf dan adik-adik harus menunggu waktu yang begitu lama
sampai akhirnya Athirah mampu bangkit kembali dari keterpurukan. Sudah takdir
Allah, apa mau dikata. Tak baik jika terus-terusan meratapi. Jika terus
bersedih, bagaimana nasib anak-anaknya kelak. Anak-anak adalah harapan Athirah.
Athirah akhirnya bangkit, menjalankan bisnis yang sukses di
tanah Makassar. Bahkan kini anaknya sudah menjadi orang ternama di negeri
sendiri. Di balik kesuksesan Jusuf Kalla, ada Athirah, sosok yang memberikan
warna indah pada hidupnya.
Seingat saya, ini pesan yang Athirah sampaikan pada Jusuf
Kalla. “jangan sampai kau berpoligami, cukup emak yang dipoligami dan nenekmu
yang menjadi isteri madu”.
***
Itulah cerita yang masih saya ingat.
Saya juga membacanya sambil nyesek kok he. Tuaian kata-kata
Albertheine Endah sungguh menggugah hati hingga mampu mengajak emosional pembaca
melebur dengan cerita.
Jika boleh berpendapat. Dalam cerita ini, tak ada singgungan hukum
agama yang disuguhkan. Pure, ini kisah pilu perempuan yang dimadu. Ini soal
perasaan. Perasaan sendu perempuan yang dipoligami. Terlepas dari masalah hukum
berpoligami itu apa.
***
Tapi ada yang bilang gini, “poligami itu mubah dalam Islam.
Jadi jangan dikaitkan antara hukum Islam dan baper.”
Halo???
Yang saya tahu, Allah Maha Kasih. Alaa bidzikrillah tatma’innul
qulub. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. Itu
tandanya, Allah akan selalu bersama orang-orang yang hatinya gundah, sedih dan
merana. Kurang baik apa loh. Bahkan orang yang berdoa dengan khusyu akan
membawa perasaannya dalam untaian doa hingga ia mampu mengeluarkan air mata.
Ya sudahlah. Keburu saya terlalu emosi memaparkannya lebih
lanjut hehe Pembahasan poligami memang begitu sensitif.
Intinya kita bisa menyimpulkan sendiri tentang bagaimana rasanya
menjadi perempuan yang dipoligami dari cerita di atas atau cerita mantan isteri
penyanyi religi atau kisah-kisah perempuan yang kini sedang berjuang dalam
biduk rumah tangganya dalam naungan poligami.
Ciputat, 30 Agustus 2017

