Blogroll

My Instagram

Jumat, 17 Juni 2016

Unknown

Cerita Singkat Tentang Abah

Lagi kangen abah, jadi ini hanya sekilas cerita yang bisa ala buat

         Drs. Fathuddin, M.M. Abah dilahirkan di Merabung (Lampung), 4 Agustus 1967. Abah itu punya kembaran yang berbeda  tanggal lahir hehe :D Loh?? Kok bisa?? Katanya anak kembar 

        Jawabannya karena baik Abah maupun kembarannya tidak tahu tanggal lahir masing-masing. Ibu dan Bapak (nenek-kakek) mereka terlalu sibuk hingga tak mengingat tanggal lahir kedua anaknya hehe. Mengingat tahun sudah cukup.  

       Hingga kepala empat, Abahku tak berubah. Masih seram (kata adik-adik), tapi bagiku tegas, bukan seram. Sejak kecil kami (anak-anak Abah) diberi asupan agama, mulai dari mengaji, tuntunan cara berwudhu,sholat, puasa dan dzikir. Abah lah guru agama pertama kami. Hingga tidak heran, Abah menjadi tumpuan kami dalam bertindak.

      Sejak TK ala sudah bisa membaca Al-Qur’an. Walau sempat mengulang Iqra’ kembali karena menurut Abah bacaanku masih belepotan.Sedih nian rasanya waktu itu. Enam jilid Iqra’ sudah kubaca untuk menggapai tahap akhir yakni Al-Qur’an, tapi malah disuruh mengulang kembali. Malu sama teman. Hingga akhirnya kelas 1 SD ala khatam Iqra’ untuk yang kedua kalinya.
Kami suka diajari tajwid oleh Abah 

“Sya…!!!” kata Abah
“Saaa…!” ucap kami
“Mulutnya monyong! Sya…!!” tegas Abah
Sya..!!”

Atau cara berwudhu
“Kumur-kumur sambil hirup air ke hidung. Ingat! Usap wajah seperti ini (mempraktekkan). Kayak orang thawaf”
“Dibasuh sampai atas siku-siku. Tarik lengan bajunya..!”
Atau bacaan dzikir yang harus kami hapalkan setiap usai menjalani sholat lima waktu. Dan lima surat wajib yang harus dihapalkan setiap mengaji.

                                                                                  ***
         Sampai saat ini ala masih was-was kalau pulang ke rumah. Setiap usai sholat magrib  berjamaah dan dzikir, Abah menguji bacaan sholat dan dzikir kami (anak-anaknya). Ala sebagai anak tertua sempat kena semprot karena salah bacaan dan ditugaskan menghapal kembali saat itu juga. Makanya sekarang, kalau mau pulang mesti mastiin dulu hapalan doa dan dzikir hehe

        Tak pernah sekalipun menceritakan tentang laki-laki di depan Abah. Bisa bahaya urusannya. Hanya tiga hal yang boleh diucapkan kepada Abah. Soal rumah, soal sekolah dan soal agama. Masih teringat saat ala umur 15 tahun lagi main di pasar malam bareng teman-teman kelas, Abah diam-diam ngikutin kami di belakang. Duh, jujur saat itu ala dibikin malu depan teman-teman. Dan akhirnya agenda seru-seruan kami gagal, karena Abah terlalu khawatir dengan ala, katanya takut ala main sama laki-laki. Yang kayak begini nih bikin ala sayang… banget sama Abah.

Kalau cerita soal Abah gak bakalan habis deh. Intinya ala saat ini Cuma mau menyampaikan kalau ala kangen Abah. I miss you so much :*


Unknown

About Unknown -

Ummi Hasanah yang kerap disapa Ala. Mahasiswi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kini sibuk skripsi, mengajar dan mencari ilmu di Pusat Studi Pesantren Jakarta. Asli Lampung, darah Sunda Jawa.

Subscribe to this Blog via Email :