Blogroll

My Instagram

Senin, 18 Januari 2016

Unknown

Cinta yang Lain Buat Hera


Cinta, lima huruf yang menyimpan bermilyaran persepsi dan definisi. Tuhan memproduksi cinta dengan cara-Nya. Tak ada dalil tentang penciptaan cinta, tapi sang Pencipta memperkenalkannya melalui sifat-Nya yang Maha Penyayang. Dia Sang Mahadaya cinta. Kalau sudah cinta, kadang orang bisa jadi gila. Mungkin seperti Eros.
Namanya Eros. Only Eros. Seperti nama dewa cinta dalam mitologi Yunani kuno. Di usia remaja ini Eros mempunyai cinta. Cinta yang luar biasa. Bukan dengan mama, papa atau ketiga kakak perempuannya. Tapi dengan Hera, seekor kucing perempuan. Bulunya berwarna putih susu dengan partikel selembut sutra di tiap-tiap ujungnya, tubuhnya gemuk tapi tetap terlihat sexy dan mata indahnya mampu menghipnotis siapapun mata yang memandang untuk jatuh cinta. Bahkan mata  Puss in Boot sekalipun tak mampu menandingi bola mata Hera.


Seperti hari-hari biasa, pukul 06.30 WIB Eros menjalani rutinitas mengisi bahan bakar perut dengan roti selai nanas sebelum berangkat sekolah.
“Sarapan yang kenyang ya sayang”, ucap Mama.
“Iya ma”, singkat Eros.
“Bagaimana dengan sekolahmu Eros?”, tanya Papa dengan lirikan tajam ke arah anak laki-laki satu-satunya itu. “Baik-baik saja kan? Bagaimana dengan tugas-tugas sekolah?”.
Seketika Eros menghentikan kunyahannya. “Papa tau gak??!”, ucap Eros yang kali ini terdengar lebih semangat.”Ibu Nina ngasih tugas kesenian melukis minggu lalu”
“Oh ya? Lalu apa yang kau lukis?”, tanya Papa.
“Ibu Nina menyuruh anak-anak melukis seseorang yang kami cintai”, tungkas Eros.
“Pasti yang kamu lukis Mama yaa???”, tanya Liem kakak pertama Eros.
“Bukan kak! Tapi aku melukis Hera! Dua hari yang lalu Hera kelihatan cantik …banget. Aku juga memasang pita pink di lehernya. Dia sempat gak mau sih karena risih, he. Tapi aku paksa dan akhirnya….”
Plakkk!!!!!!!!
Suara kepalan tangan Papa yang menghantam lapisan kaca meja makan menggema.
“Eros! Cukup!!! Apa kau gila, hah!!!?”,ucap Papa geram. Tangannya mengepal kuat lalu berdiri dan berlalu meninggalkan meja makan.
Hening. Kaku dan hambar.  Binar mata Eros  mengeluarkan bulir hangat. Ia kecewa melihat sikap  Papa yang menurutnya sangar. Untung ada Mama, dengan sigap wanita paruh baya itu menghampiri tubuh lunglai Eros dan memeluknya hangat.
“Tak apa-apa sayang, Papa cuma  bercanda. Mama percaya lukisannya bagus. Pasti dapat nilai tinggi”, ucap Mama mencairkan suasana hati Eros. Namun Eros hanya membisu. Otaknya masih dihinggapi instrumen sangar Papa. Mengapa Papa tak suka Hera?, tanyanya dalam hati.
***
“Ini kucing ya??”, tanya Bian penasaran.
“Iya, ini kucing”, jawab Eros.
“Lukisannya bagus. Pasti kucingnya lucu banget!!” ucap Bian dengan wajah sumringah. Kedua matanya memandang lekat goresan tinta cat yang membentuk rupa tubuh makhluk kecil yang ditakuti tikus itu.
“Namanya Hera. Kalau kamu mau, besok ke rumah dan aku kenalin dengan Hera”, ajak Eros. Bian hanya mengangguk kecil pertanda setuju. Teman sekelas Eros itu tampak penasaran ingin melihat wujud asli Hera.
Eros memang tak pernah bercerita memiliki piaraan kucing pada Bian. Padahal Bian adalah satu-satunya teman dekat Eros di kelas. Maklum,  dua tahun belakangan Eros menjadi pribadi yang gemar menyendiri. Saat teman-teman kelasnya asik memanjakan diri dengan cerita-cerita konyol remaja mereka, Eros hanya terpaku di atas kursi dan bergelut dengan catatan, mainan, bola benang yang seluruhnya tentang Hera. A freak boy!, itu salah satu julukannya di kelas.
Sampai akhirnya, bel sekolah jam dua siang berbunyi. Itu berarti pelajaran telah usai dan bersiap pulang. Eros yang tidak sabar bertemu dengan Hera segera memasukkan buku-bukunya secepat kilat ke dalam tas. Hera, I coming!
***

“Dimana Eros, Ma?”, tanya Papa sembari melepaskan dasi hitam bergaris putih horizontal dari kerah bajunya. Tubuh sigapnya berlabuh di hamparan busa kursi sofa ruang tamu karena letih.
“Dia di atas Pa, baru pulang sekolah”
Kedua mata Papa menangkap sorotan warna dari kertas putih tebal. “Apa ini?! “, tanya Papa dengan mata melotot ke arah Mama.
“Emm.. Itu lukisan Hera Pah.”, jawab Mama gugup.” Sudahlah pah, biarkan Eros sibuk dengan dunianya”.
Mendengar ucapan istrinya, Papa malah terlihat lebih gusar dan dongkol.”Tidak! Papa sudah mulai muak dengan tingkah Eros Ma, ini enggak bisa dibiarkan lagi..! Mama mau anak kita menjadi gila, hah?”, ungkap Papa kesal.
Tanpa basa basi, Papa berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Eros. Nafasnya terengah, wajahnya memerah dan hentakan kakinya menggebu. Mama segera  mencegah gerak suaminya itu, namun nihil. Emosi Papa membludak, tak tertahankan.
Blakkk!!!! Pintu kamar Eros terbanting dengan keras. Papa mendapati Eros yang tengah sibuk dengan bermacam-macam alat mainan kucing. Eros terkejut dan sontak bangkit lalu berpindah posisi ke pojok kamar karena ketakutan. Tangannya gemetar dan kelopak matanya tak berkedip melihat nanar mata Papa.
“Keluarrr!!! Eros enggak mau melihat Papa! Eros mau di sini sama Hera. Keluar!!” teriak Eros .
“Hera??!!”, ucap Papa geram. Dengan sigap, Papa berjalan ke arah Eros dan meraih tangan kanannya dengan kuat. Eros memukul-mukul tangan Papa agar terlepas dari genggaman, tapi Papa malah semakin kencang menarik tangan anaknya itu. Papa membawa Eros ke pekarangan belakang rumah. Tanah yang masih basah karena hujan tadi malam segera menempel di kaki Papa dan Eros.

“Lihat! Ini Hera Eros!!!!”, ucap Papa sambil menunjuk arah bawah.” Hera sudah meninggal dua tahun yang lalu nak..!!!”
Pletarrr!!! Bak petir di siang hari. Eros terdiam kaku menatap tulisan “RIP Hera My Sweety Cat, 12 of Dec 2012” . Sontak memori dalam otaknya menampilkan insiden itu. Ya, insiden yang menyebabkan Hera meninggal. Eros menganggap bahwa dirinya lah penyebab kematian Hera. Kala itu Eros memaksa Hera untuk makan cemilan pedagang kaki lima yang ia beli di sekolah, hingga akhirnya Hera keracunan dan meninggal. Pikiran Eros kacau balau. Bagaimana tidak, cintanya telah tertanam sejak Hera baru dilahirkan dan kini cinta itu  membuatnya seperti orang gila.
Tubuh Eros tumbang, tak sanggup melihat kenyataan bahwa hanya bayang-bayang Hera yang menemaninya selama ini. Papa hanya bisa menangis lalu memeluk tubuh Eros.
Sekali lagi tentang cinta. Ketika buih cinta tertanam, tertancap dan kekal di dalamnya, hati tak akan mau melepas kepergiannya. Biarlah bayangnya yang selalu ada, tanpa harus bikin gila tapi hadirkan dia dengan doa, agar ruh cinta tenteram di jiwanya.

*CerpenKu yang berhasil lolos dalam event menulis Nokhtah Publishing dan dibukukan dengan karya -karya lain dalam Antologi Matahariku 2015


Unknown

About Unknown -

Ummi Hasanah yang kerap disapa Ala. Mahasiswi Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kini sibuk skripsi, mengajar dan mencari ilmu di Pusat Studi Pesantren Jakarta. Asli Lampung, darah Sunda Jawa.

Subscribe to this Blog via Email :