Cinta, lima huruf yang menyimpan bermilyaran persepsi dan definisi.
Tuhan memproduksi cinta dengan cara-Nya. Tak ada dalil tentang penciptaan
cinta, tapi sang Pencipta memperkenalkannya melalui sifat-Nya yang Maha
Penyayang. Dia Sang Mahadaya cinta. Kalau sudah cinta, kadang orang bisa jadi
gila. Mungkin seperti Eros.
Namanya Eros. Only Eros. Seperti nama dewa cinta dalam
mitologi Yunani kuno. Di usia remaja ini Eros mempunyai cinta. Cinta yang luar
biasa. Bukan dengan mama, papa atau ketiga kakak perempuannya. Tapi dengan
Hera, seekor kucing perempuan. Bulunya berwarna putih susu dengan partikel
selembut sutra di tiap-tiap ujungnya, tubuhnya gemuk tapi tetap terlihat sexy
dan mata indahnya mampu menghipnotis siapapun mata yang memandang untuk
jatuh cinta. Bahkan mata Puss in Boot
sekalipun tak mampu menandingi bola mata Hera.
Seperti hari-hari biasa, pukul 06.30 WIB Eros menjalani rutinitas
mengisi bahan bakar perut dengan roti selai nanas sebelum berangkat sekolah.
“Sarapan yang kenyang ya sayang”, ucap Mama.
“Iya ma”, singkat Eros.
“Bagaimana dengan sekolahmu Eros?”, tanya Papa dengan lirikan tajam
ke arah anak laki-laki satu-satunya itu. “Baik-baik saja kan? Bagaimana dengan
tugas-tugas sekolah?”.
Seketika Eros menghentikan kunyahannya. “Papa tau gak??!”, ucap
Eros yang kali ini terdengar lebih semangat.”Ibu Nina ngasih tugas
kesenian melukis minggu lalu”
“Oh ya? Lalu apa yang kau lukis?”, tanya Papa.
“Ibu Nina menyuruh anak-anak melukis seseorang yang kami cintai”,
tungkas Eros.
“Pasti yang kamu lukis Mama yaa???”, tanya Liem kakak pertama Eros.
“Bukan kak! Tapi aku melukis Hera! Dua hari yang lalu Hera
kelihatan cantik …banget. Aku juga memasang pita pink di lehernya. Dia
sempat gak mau sih karena risih, he. Tapi aku paksa dan akhirnya….”
Plakkk!!!!!!!!
Suara kepalan tangan Papa yang menghantam lapisan kaca meja makan
menggema.
“Eros! Cukup!!! Apa kau gila, hah!!!?”,ucap Papa geram. Tangannya
mengepal kuat lalu berdiri dan berlalu meninggalkan meja makan.
Hening. Kaku dan hambar.
Binar mata Eros mengeluarkan
bulir hangat. Ia kecewa melihat sikap
Papa yang menurutnya sangar. Untung ada Mama, dengan sigap wanita paruh
baya itu menghampiri tubuh lunglai Eros dan memeluknya hangat.
“Tak apa-apa sayang, Papa cuma bercanda. Mama percaya lukisannya bagus.
Pasti dapat nilai tinggi”, ucap Mama mencairkan suasana hati Eros. Namun Eros
hanya membisu. Otaknya masih dihinggapi instrumen sangar Papa. Mengapa Papa tak
suka Hera?, tanyanya dalam hati.
***
“Ini kucing ya??”, tanya Bian penasaran.
“Iya, ini kucing”, jawab Eros.
“Lukisannya bagus. Pasti kucingnya lucu banget!!” ucap Bian
dengan wajah sumringah. Kedua matanya memandang lekat goresan tinta cat yang
membentuk rupa tubuh makhluk kecil yang ditakuti tikus itu.
“Namanya Hera. Kalau kamu mau, besok ke rumah dan aku kenalin
dengan Hera”, ajak Eros. Bian hanya mengangguk kecil pertanda setuju. Teman
sekelas Eros itu tampak penasaran ingin melihat wujud asli Hera.
Eros memang tak pernah bercerita memiliki piaraan kucing pada Bian.
Padahal Bian adalah satu-satunya teman dekat Eros di kelas. Maklum, dua tahun belakangan Eros menjadi pribadi yang
gemar menyendiri. Saat teman-teman kelasnya asik memanjakan diri dengan
cerita-cerita konyol remaja mereka, Eros hanya terpaku di atas kursi dan
bergelut dengan catatan, mainan, bola benang yang seluruhnya tentang Hera. A
freak boy!, itu salah satu julukannya di kelas.
Sampai akhirnya, bel sekolah jam dua siang berbunyi. Itu berarti
pelajaran telah usai dan bersiap pulang. Eros yang tidak sabar bertemu dengan
Hera segera memasukkan buku-bukunya secepat kilat ke dalam tas. Hera, I
coming!
***
“Dimana Eros, Ma?”, tanya Papa sembari melepaskan dasi hitam
bergaris putih horizontal dari kerah bajunya. Tubuh sigapnya berlabuh di
hamparan busa kursi sofa ruang tamu karena letih.
“Dia di atas Pa, baru pulang sekolah”
Kedua mata Papa menangkap sorotan warna dari kertas putih tebal. “Apa
ini?! “, tanya Papa dengan mata melotot ke arah Mama.
“Emm.. Itu lukisan Hera Pah.”, jawab Mama gugup.” Sudahlah pah,
biarkan Eros sibuk dengan dunianya”.
Mendengar ucapan istrinya, Papa malah terlihat lebih gusar dan
dongkol.”Tidak! Papa sudah mulai muak dengan tingkah Eros Ma, ini enggak
bisa dibiarkan lagi..! Mama mau anak kita menjadi gila, hah?”, ungkap Papa
kesal.
Tanpa basa basi, Papa berjalan menaiki anak tangga menuju kamar
Eros. Nafasnya terengah, wajahnya memerah dan hentakan kakinya menggebu. Mama
segera mencegah gerak suaminya itu,
namun nihil. Emosi Papa membludak, tak tertahankan.
Blakkk!!!! Pintu kamar Eros terbanting dengan keras. Papa mendapati
Eros yang tengah sibuk dengan bermacam-macam alat mainan kucing. Eros terkejut
dan sontak bangkit lalu berpindah posisi ke pojok kamar karena ketakutan.
Tangannya gemetar dan kelopak matanya tak berkedip melihat nanar mata Papa.
“Keluarrr!!! Eros enggak mau melihat Papa! Eros mau di sini
sama Hera. Keluar!!” teriak Eros .
“Hera??!!”, ucap Papa geram. Dengan sigap, Papa berjalan ke arah
Eros dan meraih tangan kanannya dengan kuat. Eros memukul-mukul tangan Papa agar
terlepas dari genggaman, tapi Papa malah semakin kencang menarik tangan anaknya
itu. Papa membawa Eros ke pekarangan belakang rumah. Tanah yang masih basah
karena hujan tadi malam segera menempel di kaki Papa dan Eros.
“Lihat! Ini Hera Eros!!!!”, ucap Papa sambil menunjuk arah bawah.”
Hera sudah meninggal dua tahun yang lalu nak..!!!”
Pletarrr!!! Bak petir di siang hari. Eros terdiam kaku menatap
tulisan “RIP Hera My Sweety Cat, 12 of Dec 2012” . Sontak memori dalam otaknya
menampilkan insiden itu. Ya, insiden yang menyebabkan Hera meninggal. Eros
menganggap bahwa dirinya lah penyebab kematian Hera. Kala itu Eros memaksa Hera
untuk makan cemilan pedagang kaki lima yang ia beli di sekolah, hingga akhirnya
Hera keracunan dan meninggal. Pikiran Eros kacau balau. Bagaimana tidak, cintanya
telah tertanam sejak Hera baru dilahirkan dan kini cinta itu membuatnya seperti orang gila.
Tubuh Eros tumbang, tak sanggup melihat kenyataan bahwa hanya
bayang-bayang Hera yang menemaninya selama ini. Papa hanya bisa menangis lalu
memeluk tubuh Eros.
Sekali lagi tentang cinta. Ketika buih cinta tertanam, tertancap
dan kekal di dalamnya, hati tak akan mau melepas kepergiannya. Biarlah
bayangnya yang selalu ada, tanpa harus bikin gila tapi hadirkan dia dengan doa,
agar ruh cinta tenteram di jiwanya.
*CerpenKu yang berhasil lolos dalam event menulis Nokhtah Publishing dan dibukukan dengan karya -karya lain dalam Antologi Matahariku 2015
